Minggu, 26 Desember 2010

LASER!!!!....ada bahayanya loh.....

Bahaya di Balik Teknologi Laser Pointer laser yang digunakan para pembicara saat presentasi juga bisa merusak retina bila difokuskan ke mata. Usai membawakan lagu ke-13 yang berjudul New Born, tiga personel Muse -- grup musik asal Devon, Inggris -- tiba-tiba meninggalkan panggung. Tak lama kemudian, lampu di seluruh Istora Senayan Jakarta -- tempat mereka manggung -- pun padam. Sekitar tujuh ribu penonton Jakarta yang sedang on menyaksikan aksi panggung Muse pun sempat hening sekejap. Beberapa saat kemudian, panggung yang tadinya gelap gulita tiba-tiba disinari cahaya terang yang memancar dari berbagai sudut. Garis tegas yang dimunculkan oleh cahaya terang tadi membuat panggung yang ditata sedemikian rupa terlihat demikian megah. Cahaya tadi terasa demikian menyatu dengan sound system berteknologi tinggi dengan kekuatan 80 ribu watt yang dibawa grup musik beraliran rock progresif ini. Apa yang ditampilkan oleh Muse tadi mengusung teknologi laser sebagai salah satu kekuatan aksi panggung mereka. Penggunaan sinar laser atau cahaya intensitas tinggi di berbagai bidang memang kian diminati, mulai dari peralatan kantor hingga mainan anak. Sayangnya, di Indonesia, pemanfaatan sinar laser tersebut belum diimbangi dengan pamahaman yang memadai atas teknologi penyinaran ini. Di balik fungsi laser yang amat canggih di berbagai bidang termasuk kedokteran, militer, proses komunikasi optik, dan lainnya, ada risiko yang tidak disadari di belakangnya. Hal ini disampaikan Guru Besar Fisika Universitas Diponegoro Semarang, Prof Dr Wahyu Setia Budi, di Semarang, Kamis (19/4). Ia memberi contoh, mainan anak yang dilengkapi laser dengan daya lima miliwatt saja bisa mendatangkan masalah bila tembakan sinar ini mengenai mata. Begitu pula pointer laser yang digunakan para pembicara saat presentasi juga bisa merusak retina bila difokuskan ke mata. Karena, alat mungil ini juga menggunakan laser berdaya rendah. ''Bila mengenai mata terus-menerus, laser berdaya rendah tersebut tetap bisa merusak retina. Sebenarnya sudah ada petunjuknya, namun jarang yang mau baca,'' katanya. Ia mengakui sampai sekarang belum ada kasus serius yang disulut terkena paparan laser. Namun, untuk menghindari insiden, tidak perlu harus menunggu ada korban. Karena itu, ia mengingatkan, jangan sekali-sekali memancarkan arah laser ke mata meskipun daya laser itu sangat rendah. Laser memiliki sifat istemewa, yaitu cahayanya amat cerah, fokus, koheren, dan monokromatis. ''Untuk aplikasi laser berdaya lebih besar, selalu gunakan kacamata khusus sesuai dengan warna sinar laser,'' saran Wahyu. Karena sifatnya seperti itu, katanya, maka meski laser hanya berdaya lima miliwatt, cahayanya tetap fokus dan benderang di tengah paparan lampu berdaya ratusan watt. Teknologi laser juga sering digunakan untuk pencahayaan (lighting) panggung pertunjukan. ''Operator laser harus tahu bahwa sinar itu tidak boleh mengenai langsung badan manusia, apalagi mata,'' kata Dekan MIPA Undip mengingatkan. Doktor di bidang opto elektroteknika dan aplikasi laser lulusan Universitas Indonesia (UI) itu menyebutkan, ada empat kelas laser. Yaitu, dari yang terkecil dengan daya sekitar lima miliwatt hingga laser kelas empat berdaya gigawatt yang bisa digunakan untuk memotong pelat baja. Ia mengemukakan bahwa di beberapa negara sudah membentuk badan pengawas penggunaan laser. Namun, sampai sekarang Indonesia masih memandang bahwa pengawasan seperti ini belum perlu meski penggunaan teknologi laser kian meluas. Mahal Wahyu yang Sabtu pekan ini (21/4) dikukuhkan jadi guru besar ke-94 Undip itu mengatakan, sampai kini sangat jarang pengusaha Indonesia yang berani terjun ke bisnis laser, karena pasarnya masih terlalu kecil. Karena itu, peralatan dengan teknologi laser masih harus didatangkan dari luar negeri dan harganya sangat mahal. Ia memberi contoh, teknologi laser kosmetik di RSUP Kariadi Semarang harganya mencapai satu miliar lebih. ''Ketika saya membuat sendiri laser hidrogen pada tahun 1990-an, menghabiskan biaya Rp 40 juta lebih, padahal alatnya sangat kecil,'' kata Wahyu. Pembantu Rektor I Undip, Prof Dr Ign Riewanto di tempat yang sama mengatakan, masyarakat sering menjadi korban penipuan dari orang yang mengklaim peralatan yang digunakan menggunakan laser. Sehingga, kerap kali konsumen harus membayar mahal untuk itu. ''Untuk sewa saja bisa mencapai dua juta rupiah sekali pakai belum termasuk biaya lain-lain. Jadi, apa betul sunat menggunakan laser, seperti banyak ditawarkan belakangan ini,'' kata Riewanto yang juga dokter bedah itu. n akb/ant Ikhtisar: - Di balik fungsi laser yang amat canggih di berbagai bidang termasuk kedokteran, militer, proses komunikasi optik, dan lainnya, ada risiko yang tidak disadari di belakangnya. - Laser memiliki sifat istemewa, yaitu cahayanya amat cerah, fokus, koheren, dan monokromatis. - Sampai sekarang Indonesia masih memandang bahwa pengawasan penggunaan laser belum diperlukan meski penggunaan teknologi laser kian meluas. 
Penggunaan sinar laser atau cahaya intensitas tinggi di berbagai bidang termasuk pada peralatan kantor hingga mainan anak di Indonesia, belum diimbangi dengan pamahaman yang memadai atas teknologi penyinaran ini.

Guru Besar Fisika Universitas Diponegoro Semarang, Prof. Dr. Ir. Wahyu Setia Budi, M.S., di Semarang, Kamis, menjelaskan, di balik fungsi laser yang amat canggih di berbagai bidang termasuk kedokteran, militer, proses komunikasi optik, dan lainnya, ada risiko yang tidak disadari di belakangnya.

Ia memberi contoh, mainan anak yang dilengkapi laser dengan daya lima miliwatt saja bisa mendatangkan masalah bila tembakan sinar ini mengenai mata. Begitu pula "pointer" laser yang digunakan presentasi juga bisa merusak retina bila difokuskan ke mata, karena alat mungil ini juga menggunakan laser berdaya rendah.

"Bila mengenai mata terus-menerus, laser berdaya rendah tersebut tetap bisa merusak retina. Sebenarnya sudah ada petunjuknya, namun jarang yang mau baca," katanya.

Ia mengakui sampai sekarang belum ada kasus serius yang disulut terkena paparan laser, namun untuk menghindari insiden, tidak perlu harus menunggu ada korban.

Karena itu, ia mengingatkan, jangan sekali-sekali memancarkan arah laser ke mata meskipun daya laser itu sangat rendah. Laser memiliki sifat istemewa, yaitu cahayanya amat cerah, fokus, koheren, dan monokromatis. "Untuk aplikasi laser berdaya lebih besar, selalu gunakan kacamata khusus sesuai dengan warna sinar laser," kata sarana Wahyu.

Karena sifatnya seperti itu, katanya, maka meski laser hanya berdaya lima miliwatt, cahayanya tetap fokus dan benderang di tengah paparan lampu berdaya ratusan watt.

Teknologi laser juga sering digunakan untuk pencahayaan (lighting) panggung pertunjukan. "Operator laser harus tahu bahwa sinar itu tidak boleh mengenai langsung badan manusia, apalagi mata," kata Dekan MIPA Undip mengingatkan.

Doktor di bidang opto elektroteknika dan aplikasi laser lulusan UI Jakarta itu menyebutkan, ada empat kelas laser, yaitu dari yang terkecil dengan daya sekitar lima miliwatt hingga laser kelas empat berdaya gigawatt yang bisa digunakan untuk memotong pelat baja.

Ia mengemukan, beberapa negara sudah membentuk badan pengawas penggunaan laser, namun sampai sekarang Indonesia memandang pengawas seperti ini belum perlu meski penggunaan teknologi laser kian meluas.

Mahal

Wahyu yang Sabtu pekan ini (21/4) dikukuhkan jadi guru besar ke-94 Undip itu mengatakan, sampai kini sangat jarang pengusaha Indonesia yang berani terjun ke bisnis laser, karena pasarnya masih terlalu kecil.

Karena itu peralatan dengan teknologi laser masih harus didatangkan dari luar dan harganya sangat mahal. Ia memberi contoh, teknologi laser kosmetik di RSUP Kariadi Semarang harganya mencapai satu miliar lebih.

"Ketika saya membuat sendiri laser hidrogen pada tahun 1990-an, menghabiskan biaya Rp40 juta lebih, padahal alatnya sangat kecil," kata Wahyu.

Pembantu Rektor I Undip, Prof. Dr. dr. Ign. Riewanto di tempat sama mengatakan, masyarakat sering menjadi korban penipuan dari orang yang mengklaim peralatan yang digunakan menggunakan laser, sehingga konsumen harus membayar mahal untuk itu.

"Untuk sewa saja bisa mencapai dua juta rupiah sekali pakai belum termasuk biaya lain-lain. Jadi, apa betul sunat menggunakan laser, seperti banyak ditawarkan belakangan ini," kata Riewanto yang juga dokter bedah itu.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar